Tinggal di desa tentu saja mempunyai cita rasa yang berbeda dengan di kota, dalam hal pesta perkawinan misalnya. Di tempat tinggal saya yang notabene bukan desa tapi sebuah kota kecamatan kecil, masyarakatnya masih menggunakan ruang-ruang publik untuk menyelenggarakan pesta pernikahan keluarga mereka. Tidak jarang pesta-pesta tersebut mengokupasi jalan raya apabila rumah mereka berada di pinggir jalan, sehingga arus lalu lintas sedikit banyak tersendat di tempat itu.
Bagi yang tinggal agak di dalam, tentu saja mereka memanfaatkan pekarangan rumahnya untuk acara-acara resepsi serupa itu. Di kota kecamatan saya tidak ada gedung resepsi yang bisa disewa untuk pesta. Mungkin kalaupun ada masyarakat tidak mau memakainya, di samping ribet karena jauh dari rumah, mungkin terasa aneh dan janggal bila harus berpesta di dalam gedung.
Repotnya bagi rumah-rumah yang tidak mempunyai pekarangan karena berada di gang sempit. Rumah-rumah seperti ini terpaksa harus menggeser pestanya ke tempat yang lebih lapang, meski agak jauh, beberapa puluh meter dari rumah mereka. Kadang-kadang tempat itu berada persis di depan rumah tetangga, sehingga timbul kesan seolah-olah tetangga tersebutlah yang punya hajat.
Gambar-gambar di atas adalah suasana sebuah pesta perkawinan tetangga di depan rumah saya, tepat di depan rumah sehingga orang-orang mengira keluarga sayalah yang punya hajat.
Foto-foto di atas saya ambil dengan malu-malu dengan menggunakan kamera 1,3 mega pixels, ketika sedang sepi, dari tempat yang agak tersembunyi karena malu bersaing dengan kamera asli berpixels tinggi.
Post a Comment